Dalam
sejarah peradaban umat manusia kita mengenal adanya kota-kota kuno yang
menjadi pusat kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Kota tertua di
dunia menurut Max Diamont adalah Jerussalam, setelah itu Kairo,
Babilonia, Memphis, Mohenjodaro. Negara Kota Yunani klasik berbeda
dengan Negara modern ini, baik dari luas wilayahnya, struktural sosial,
jumlah penduduk maupun lembaga lembaga politiknya, luas wilayah Negara
Kota tidak melebihi luas dari propinsi terkecil di Indonesia, dengan
jumlah penduduk sekitar tiga puluh ribu orang, jumlah penduduk relatif
memungkinkan anggota Negara kota untuk saling mengenal dam memahami.
Sehinga sistem demokrasi alat dilaksanakan secara langsung dalam
mengambil keputusan politik.
Salah
satu kebiasaan orang yahudi kuno adalah membicarakan berbagai persoalan
hidup, termasuk permasalahan politii, adalah karena Negara polis sering
menganti sistem politik pemerintahan dari monarki ke aristokrasi, dan
ke tirani dan baru kemudian ke sistem pemerintahan demokrasi. Sekitar
abad V SM, Athena adalah ibu kota Yunani, yang pernah menjadi kota
perdagangan, sehingga terbukanya peluang masyarakat perdagangan, proses
pertukaran (barter) barang barang kebutuhan hidup berlangsung disertai
dengan saling pengaruh budaya orang-orang Athena dengan masyarakat di
sekeliling Negara kota. Negara kota ini juga memiliki armada laut yang
kuat. Athena berkembang menjadi sebuah Negara demokrasi.
Yang
menarik, meski demokrasi diterapkan di Negara kota ini, perbudakan
dibenarkan yang diangap sebagai kenyataan sosial, pemikir atau filusuf
yang mengugat tentang status quo perbudakan diangap aneh, sama dengan
keadaan antara majikan dengan buruh sekarang. Aristoteles, membenarkan
perbudakan karena sebagai bagian dari hukum alami, budak menurutnya
sebagai pandangan yang bersifat fungsional, golongan budak diperlukan
untuk mengerjakan semua pekerjaan, kasar atau pekerjaan yang bersifat
fisik, dengan membenarkan perbudakan tersebut Aristoteles menutup
kemungkinan terjadinya mobilitas vertikal sosial golongan budak, dan
tidak mungkin budak berubah statusnya menjadi Aristokrat..
Di
masa Pericles Athena mengalami kemajuan dan kejayaan, berperadaban
tinggi, adil dan makmur, yang kemudian berhasil membangun pemerintahan Athenian Democratia,
yang kritterianya yang disampaikan oleh Roy Macridis. Pertama,
pemerintahan dari rakyat dengan partisipasi rakyat secara langsung dan
penuh. Kedua, persamaan didepan hukum. Ketiga, pluralisme, pengahargaan
atas semua bakat dan pandangan. Keempat, penghargaan terhadap suatu
pemisahan wilayah pribadi.
Negara
Athena bersifat peternalistik personal dan memiliki sifat-sifat
pegayuban, tidak seperti Negara modern yang mana antara sesame warga
Negara kurang memiliki hubungan batin yang kuat bersifat impersonal, di
Athena hubungan antara sesama warga Negara seperti hubungan anggota
keluarga, dan hubungan penguasa dengan rakyat seperti hubungan antara
bapak dengan anaknya.
Negara
Athena hancur dan berakhir pada tahun 431-404 terjadi perang
peloponnesia. Negara kota itu runtuh karena serangan Negara Sparta, yang
kemudian sebagian rakyat Athena dijadikan sebagai budak. Kunci
kemenangan Sparta terhadap Athena , diantaranya terkait dengan sistem
kenegaraan yang dimilikinya. Sparta adalah sebuah Negara Aristokrat
meliter yang kuat, di Negera tersebut seperti yang tertulis dalam
konstitusi Sparta , tanpa pengecualian adalah tentara. Rakyat Sparta
laki-laki dan wanita, anak-anak diwajibkan oleh Negara latihan olahraga
keras dan pendidikan kemiliteran. Menurut penulis inilah yang
menginspirasi negara hari ini untuk wajib militer seperti di Amerika
Serikat misalnya. Plato merasa tidak percaya dengan begitu cepatnya
hancurnya negara Athena yang di idealkan selama ini oleh Plato, Athena
yang menjunjung nilai-nilai demokrasi.
Kewajiban
latihan fisik itu mendidik rakyat Sparta menjadi manusia yang sangat
disiplin, kehidupannya teratur, memiliki ketaatan tinggi pada pemimpin,
dan selalu siap menghadapi peperangan. Sementara Negara Athena adalah
negara demokrasi yang tidak memiliki program militerisasi yang ketat
seperti Sparta, inilah yang membuat kelemahan dari Athena dalam
mempersiapkan diri dalam peperangan. Mungkin ini salah satu faktor
penyebab hancurnya Athena, bagaiamana dengan kondisi komtemporer hari
ini, hancurnya negara Islam apakah juga disebabkan lemahnya negara Islam
dalam militer atau bagaimana?
Plato
meratapi kehancuran Athena, negara yang selama ini dia idealkan siste
pemerintahannya, ratapan Plato itu nampak dalam karya-karyanya pemikir
politik ini, meskipun kekalahan Athena berdampak positif, mirip dengan
Jepang yang kalah perang melawan Amerika Serikat dan tentara sekutu pada
perang dunia II, yang kemudian bangkit menjadi adi kuasa di kawasan
Asia saat ini. Athena sekarang menjadi pusat perkembangan ilmu
pengetahuan dan filsafat kenegaraan justru sesudah kekalahannya dalam
perang peloponnesos, ternyata Athena menjadi pusat pendidikan
Negara-Negara di sekitar laut tengah.
Pada
469 SM, lahirlah Socrates yang kemudian menjadi filusuf terkemuka, yang
kritis dan tidak mudah percaya dengan sesuatu apapun tentang kebenaran,
akal harus digunakan untuk secara terus menerus meragukan, bertannya
dan selalu bertannya dan sampai dan kebajikan itu benar-benar dipahami,
bertanya dan kemudian Socrates menjawab pertanyaan tersebut, sehingga
orang yang bertanya membuat kehabisan pertanyaan. Karena diangap sesat
dan menyesatkan pemikirannya menyesatkan masyarakat oleh penguasa
politik dan konspirasi kaum sofis, Socrates dijatuhi hukuman mati dengan
meminum racun 399 SM.
Sesudah
peradaban dan kebudayaan Mycena runtuh, kerajaan sebagai simbol
kekuasaan dengan megahnya istana. Walaupun tidak ada dua dari ratusan
negara kota yunani yang memiliki sistem organisasi pemerintahan yang
sama, namun secara umum memiliki persamaan dalam hal ini memiliki
persamaan yaitu memiliki Mahkamah –Mahkamah (dikasteria), senat atau
Dewan, yang berhak dihadari oleh semua warga, badan-badan kehakiman atau
mahkamah itu sesunguhnya berasal dari kebiasaan pengadilan
kepala-kepala suku, sedangkan senat dan sidang umum berasal dari tradisi
kolektivimisme.
Sebagaimana
yang telah dikemukakan sebelumnya, meskipun Yunani terdiri dari negara
kota yang mandiri yang saling bertempur, namun senantiasa mereka
memiliki ikatan yang senantiasa menyatukan, kesadaran ini yang membuat
mereka bersatu ketika mereka sedang menghadapi ancaman dari luar,
membuat mereka segera bersekutu.
Puncak
kejayaan Yunani pada sekitar abad 5 SM, kejayaan Yunani yang mencapai
puncaknya kemudian mulai memudar dan akhirnya runtuh sama sekali, hal
ini disebabkan peperangan melawan Persia yag terjadi 3 kali, perang
peloponesos perang antara Sparta dan Athena, namun Athena telah mampu
meninggalkan peradaban yang luar biasa, dan Athena dibalik kehancurannya
mampu melahirkan filsafat politik yang mengagumkan dunia seperti Plato,
yang lahir dari peradaban ini.
Pemikiran Plato
Socrates
adalah sangat besar berpengaruh terhadap pemikiran Plato, ia adalah
murid setia Socrates yang banyak mewarisi tradisi keilmuan dan filsafat
gurunya, malalui Plato pemikiran-pemikiran Socrates dilestarikan,
Socrates mempunyai kelemahan karena buah atau hasil dari pemikirannya
tidak ditulis dalam bentuk tulisan oleh Plato, adalah kemudian Plato
berinisiatif menulis semua pemikiran-pemikiran gurunya, melalui karya
Plato yang fenomenal diantarannya; dialog, republic, negara dan
apologia.
Nilai-nilai
atau pandangan Plato pada dasarnya adalah pandan
gan tentang kebajikan
sebagai dasar negara ideal, ajaran Socrates kebajikan pengetahuan adalah
diterima secara taken for granted, jadi penulis melihat bahwa pemikiran
Plato nilai- nilai orisionalitasnya dipertannyakan, penulis berani
mengatakan bahwa pemikiran Plato tidak ada, tapi yang ada adalah
kelanjutan pemikiran Socrates saja yang ditulis dan dilanjutkan oleh
Plato, artinya Plato hanya melanjutkan pemikiran Socrates yang kemudian
dikembangkannya yang tidak terlalu mendalam, jadi menurut penulis kita
tidak boleh terlalu mengagung-agungkan pemikiran Plato itu sendiri.
Menurut
Plato negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan.
Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas
nama Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan, atas dasar
itulah kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara. Tidak ada
cara lain menurut Plato untuk membanguan pengetahuan kecuali dengan
lembaga-lembaga pendidikan, inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk
mendirikan sekolah dan akademi pengetahuan.
Plato
menilai negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari negara yang
di dambakan oleh manusia, sehinga negara yang ideal menurut Plato
adalah negara negara yang menjunjung kebajikan. Plato mengambarkan
seorang filsuf adalah dokter, filsuf meski mengetahui penyakit-penyakit
yang dialami oleh masyarakat, mampu mendiagnosa dan mendeteksi sejak
dini. Plato beranggapan munculnya negara adalah akibat hubungan timbal
balik dan rasa saling membutuhkan antar sesama manusia.
Plato
berangapan munculnya negara karena adanya hubungan timbal balik dan
rasa saling membutuhkan antara sesama manusia, manusia juga dianugerahi
bakat dan kemampuan yang tidak sama, pembagian kerja-kerja sosial muncul
akibat adanya perbedaan alami, masing-masing memiliki bakat alamiah
yang berbeda, perbedaan bakat dan kemampuan justru baik bagi kehidupan
masyarakat, karena menciptakan saling ketergantungan, setiap manusia
tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara subsistensi, yang
untuk memenuhi kebutuhan tersebut membutuhkan orang lain, negara dalam
hal ini berkewajiban memperhatikan pertukaran timbal balik, dan berusaha
agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Negara
ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas
kepemilikan pribadi, baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak
dan istri inilah yang disebut nihilism. Dengan adanya hak atas
kepemilikan menurut filsuf ini akan tercipta kecemburuan dan kesenjangan
sosial yang menyebabkan semua orang untuk menumpuk kekayaannya , yang
mengakibatkan kompetisi yang tidak sehat. Anak yang baru lahir tidak
boleh dikasuh oleh ibu yang melahirkan tapi itu dipelihara oleh Negara,
sehinga seorang anak tidak tahu ibu dan bapaknya, diharapkan akan
menjadi manusia yang unggul, yang tidak terikat oleh ikatan keluarga dan
hanya memiliki loyalitas mati terhadap negara.
Plato
juga tidak memperkenankan lembaga perkawinan, tak seorang pun yang
dapat mengklaim istri mereka, istri hanya bisa menjadi hak kolektif,
hubungan seks yang dilakukan tidak boleh monogam melainkan poligami,
Plato melihat lembaga perkawinan membuat ketidaksamaan antara laki-laki
dan perempuan, yang lembaga perkawinan telah mengekang bakat alami
manusia dan membuat diskriminasi.
Pemikiran
Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan sosial
masyarakat Athena, manusia menjadi individualism hanya mementingkan
kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain.
Padahal kehidupan bernegara menekankan petingnya saling ketergantungan
sesama warga negara.
Ada
tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti demokrasi, adalah
argumentasi ini membenarkan tuduhan itu. Mengapa Plato menjadi anti
demokrasi, pemikiran Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-hostoris
kehancuran Athena. Kehancuran Athena menurut Plato bukan hanya karena
kekalahan Athena dalam perang peloponesos. Kemenanagan Sparta atas
Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari kenegaraan bersifat Aristokrat
militeristik yang ternyata lebih unggul dibandingakan dengan struktur
kenegaraan Athena yang demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya
Plato dalam judul republik. Dalam buku ini Plato secara tegas
menunjukkan simpati dan kekagumannya kepada sistem kenegaraan otoriter
Sparta dan antipatinya kepada demokrasi. Plato menuduh kehancuran Athena
disebabkan akibat demokrasi yang lemah dan disintegrasi serta tidak
stabil.
Di
Negara demokrasi setiap orang berhak dan memiliki kebebasan dalam
melakukan apa yang dikehendakinya, tanpa ada kontrol yang ketat dari
negara, karena adanya kebebasan setiap orang berhak dalam mengkritik
orang lain, terlepas apakah yang di kritik tersebut rakyat atau negara.
Bila kekuatan saling mengkritik tanpa adanya control pemerintah, maka
akan menimbulkan kekacauan sosial.
Etika Plato
Apakah
tujuan hidup manusia? Bagi Plato adalah kehidupan yang senang dan
bahagia, manusia harus mengupayakan kesenangan dan kebahagian itu,
menurut plato kesenangan itu tidak hanya kepuasan hawa nafsu selama
hidup di dunia, Plato sepakat dengan kesenangan dua dunia itu. Dunia ide
semua ide dengan ide yang baik atau kebaikan dengan kebajikan sebagai
ide yang tertinggi di dunia, ide adalah realitas yang sesunguhnya,
sementara segala sesuatu yang ada di indrawi merupakan realitas bayangan
. Hanya orang yang baik dan bijaksana yang akan dapat memahami segala
sesuatu yang beraneka ragam yang berubah-ubah yang ada di dunia indrawi.
Dengan
demikian jelas bahwa etika Plato adalah etika yang berdasarkan dengan
ilmu pengetahuan yang benar itu, sementara pengetahuan hanya dapat
diperoleh diraih, dimiliki lewat akal budi, maka itulah kenapa etika
Plato disebut dengan etika rasional.
Pemikiran Aristoteles
Aristoteles
adalah murid Plato di akademi, dikenal sebagai pemikir emperis-realis
berbeda dengan Plato yang berfikir utopis dan idealis. Bisa jadi
pemikiran Aristoteles adalah bentuk protes terhadap pemikiran dan
gagasan Plato.
Negara
menurut Aristoteles diibaratkan dengan tubuh manusia, negara lahir
dalam bentuk yang sederhana kemudian berkembang menjadi kuat dan
sederhana, setelah itu hancur dan tenggelam dalam sejarah. Negara
terbentuk karena manusia yang membutuhkan Negara, manusia adalah makhluk
yang tidak bisa hidup tanpa orang lain, hubungan saling ketergantungan
antara individu dengan masyarakat.
Negara
ideal menurut Plato adalah city state, negara yang tidak terlalu luas
dan tidak terlalu kecil, negara luas akan sulit untuk menjaganya,
sementara negara yang terlalu kecil akan sulit untuk dipertahankan
karena mudah dikuasai. Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga
politik yang paling berdaulat, bukan berarti lembaga ini tidak memiliki
batasan kekuasaan. Tujuan terbentuknya negara adalah untuk kesejahteraan
seluruh penduduk atau rakyat bukan kesejahteraan individu. Negara yang
baik menurut Plato adalah negara yang dapat mencapai tujuan-tujuan
negara. Sementara negara yang tidak dapat melaksanakan tujuan-tujua
tersebut maka adalah negara gagal.
Idealnya
menurut Aristoteles monarki sebagai negara ideal, karena ia diperintah
oleh seoarang filsuf, arif dan bijaksana. Kekuasaan untuk kesejahteraan
rakyat. Tapi Aristoteles menyadari sistem monarki nyaris tak mungkin ada
dalam realitas, ia hanya gagasan yang lahir bersifat normative yang
sangat sukar diwujudkan dalam dunia emperis. Oleh karena itu demokrasi
menurut Aristoteles dari tiga bentuk negara itu yang bisa diwujudkan
dalam kenyataan. Berbeda dengan Plato tidak bersifat realistik ketimbang
Aristoteles .
Berbeda
dengan Plato mengenai hak milik, Aristoteles membenarkan adanya hak
milik individu, hak milik penting untuk memberikan tanggung jawab bagi
seseorang untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan sosial.
Karya
terbesar filsafat yang dihasilkan oleh Aristoteles adalah logika,
sehingga banyak orang mengatakan dia sebagai penemu, atau bapak logika,
sebebarnya istilah logika tidak pernah dipergunakan oleh Aristoteles,
tapi juga kita mengenal ini dengan dealetika, inti dari logika adalah
cara untuk menarik prosisi demi mencari kebenaran, juga sebagai sarana
untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengaruh
Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang harisungguh
mendalam. Di zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil
karyanyaditerjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali,
Perancis,Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang
munculkemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari
karyanyadan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat,
buahpikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan
berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat.
Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka,
mencoba merumuskan suatu perpaduan antara Teologi Islam dengan
rasionalisme Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi
abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme.
Tetapi,
hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa
Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini
masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah yang terpengaruh
demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles. Kekaguman orang kepada
Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala keadaan
sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu
tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang
jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu
penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal
dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari
generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata
sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini-tentu saja-mencerminkan pandangan yang berlaku pada zaman itu. Tetapi, tak kurang pula
banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium
tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini-tentu saja-mencerminkan pandangan yang berlaku pada zaman itu. Tetapi, tak kurang pula
banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium
tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Demokrasi Athena VS Militer Sparta
Sebelum
Athena mengenal demokrasi, bentuk negara kota Athena ialah monarki
kemudian oligarki, maka Athena mengenal beberapa orang, satu orang yang
berkuasa, secara bersama-sama yang menjalankan pemerintahan dinamakan
tiran. Baru pada abad 594 SM Solon negarawan yang sangat bijaksana itu
meletakkan nilai- nilai demokrasi, para petani dibebaskan utang-utang
mereka, sedangkan orang-orang Yunani yang telah menjadi budak
dikembalikan bebas dari perbudakan (mardeka), sejak itu orang Athena
sangat melarang menjadikan budak yang berasal dari bangsa mereka.
Sementara
Sparta tidak mengenal demokrasi seperti Athena yang sudah mengajarkan
nilai-nilai demokrasi. Sparta lebih dominan kepada sistem Monarki (yang
memerintah satu orang) tapi Sparta menang dalam militer yang kuat.
Athena ternyata akhirnya hancur juga, kunci kemenangan Sparta terhadap
Athena , diantaranya terkait dengan sistem kenegaraan yang dimilikinya.
Sparta adalah sebuah Negara Aristokrat meliter yang kuat, di Negera
tersebut seperti yang tertulis dalam konstitusi Sparta , tanpa
pengecualian adalah tentara. Rakyat Sparta laki-laki dan wanita,
anak-anak diwajibkan oleh Negara latihan olahraga keras dan pendidikan
kemiliteran. Menurut penulis inilah yang menginspirasi negara hari ini
untuk wajib militer seperti di Amerika Serikat misalnya. Plato merasa
tidak percaya dengan begitu cepatnya hancurnya negara Athena yang di
idealkan selama ini oleh Plato, Athena yang menjunjung nilai-nilai
demokrasi.
Kewajiban
latihan fisik itu mendidik rakyat Sparta menjadi manusia yang sangat
disiplin, kehidupannya teratur, memiliki ketaatan tinggi pada pemimpin,
dan selalu siap menghadapi peperangan. Sementara Negara Athena adalah
negara demokrasi yang tidak memiliki program militerisasi yang ketat
seperti Sparta, inilah yang membuat kelemahan dari Athena dalam
mempersiapkan diri dalam peperangan. Mungkin ini salah satu faktor
penyebab hancurnya Athena, bagaiamana dengan kondisi komtemporer hari
ini, hancurnya negara Islam apakah juga disebabkan lemahnya negara Islam
dalam militer atau bagaimana?
Analisis Bacaan Dari Tinjauan Berbagai Aspek
Baik
Plato maupun Aristoteles adalah anak-anak peradaban Yunani, mereka
lahir dan dibesarkan di Yunani, yang dalam satu peradaban yang dikenal
sebagai peradaban barat dewasa ini. Tanpa peradaban Yunani dan Romawi,
Romawi, Kristiani dan Islam, munculnya peradaban barat hanya kebetulan
saja “kebetulan belaka” peradaban barat tidak memiliki orisionalitas,
karena peradaban barat hanya kelanjutan dan cikal bakal dari kelanjutan
peradaban Yunani dan Romawi.
Penulis
melihat bahwa Plato dan Aristoteles adalah pemikir pada masa Yunani,
yang dibesarkan pada peradaban Yunani. Aristoteles dikenal sebagai
pemikir emperis-realis berbeda dengan Plato yang berfikir utopis dan
idealis. Bisa jadi pemikiran Aristoteles adalah bentuk protes terhadap
pemikiran dan gagasan Plato. Aristoteles adalah murid dari Plato,
sementara Plato sangat dipengaruhi pemikirannya oleh Socrates, baik
gagasan, ide dan nilai- nilai yang disampaikan oleh Socrates, semuanya
ditulis oleh Plato dalam bentuk buku, terutama karyanya yang fenomenal
sampai sekarang. Penulis melihat pemikiran Plato relatif tidak memiliki
nilai-nilai orisinalitasnya dipertannyakan, sebab Plato hanya
melanjutkan pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh Socrates, bisa
jadi penulis berani mengatakan pemikiran Plato tidak ada tapi yang ada
hanya pemikiran Socrates, tapi itu relatif menurut penulis, karena Plato
juga telah mengembangkan ide dan nilai-nilai yang diajarkan oleh
Socrates, sebab Socrates tidak pernah menulis pemikirannya dalam
bentuk buku, disinilah barangkali kelemahan Socrates.
Kembali
kepada Plato dan Aristoteles, inilah menurut penulis subtansi pemikiran
mereka yang mendasar antara dua tokoh yang berpengaruh dan menguncang
dunia, hampir semua orang di abad dua satu ini mengenal tokoh Plato dan
Aristoteles, suka atau tidak suka mau atau tidak mau yang jelas
pemikirannya telah mempengaruhi peradaban manusia itu sendiri.
Pandangan
kedua tokoh ini tentang negara berbeda sekali, Negara ideal menurut
Plato adalah city state, negara yang tidak terlalu luas dan tidak
terlalu kecil, negara luas akan sulit untuk menjaganya, sementara negara
yang terlalu kecil akan sulit untuk dipertahankan karena mudah
dikuasai. Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga politik yang paling
berdaulat, bukan berarti lembaga ini tidak memiliki batasan kekuasaan.
Tujuan terbentuknya negara adalah untuk kesejahteraan seluruh penduduk
atau rakyat bukan kesejahteraan individu. Negara yang baik menurut Plato
adalah negara yang dapat mencapai tujuan-tujuan negara. Sementara
negara yang tidak dapat melaksanakan tujuan-tujuan tersebut maka adalah
negara gagal.
Sementara
Negara idealnya menurut Aristoteles monarki, karena ia diperintah oleh
seoarang filusuf, arif dan bijaksana. Kekuasaan untuk kesejahteraan
rakyat. Tapi Aristoteles menyadari sistem monarki nyaris tak mungkin ada
dalam realitas, ia hanya gagasan yang lahir bersifat normatif yang
sangat sukar diwujudkan dalam dunia emperis. Oleh karena itu demokrasi
menurut Aristoteles dari tiga bentuk negara itu yang bisa diwujudkan
dalam kenyataan. Berbeda dengan Plato tidak bersifat realistik ketimbang
Aristoteles .
Berbeda
dengan Plato mengenai hak milik, Aristoteles membenarkan adanya hak
milik individu, hak milik penting untuk memberikan tanggung jawab bagi
seseorang untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan sosial.
Sementara mengenai hak milik menurut Plato tidak dibenarkan bahkan dalam
hubungan seks istri juga milik bersama, lembaga perkawinan menurut
Plato membuat kelas perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Poligami
yang lebih disukai oleh Plato dibandingkan dengan monogami.
Kepemilikan pribadi menimbulkan hubungan yang tidak sehat, terjadi
kompetisi sehinga semua orang berlomba-lomba mengumpulkan harta
kekayaan. Penulis melihat nilai- nilai yang disampaikan oleh Plato
bertentangan dengan realitas sekarang, kerena matinya sosialisme Marx,
yang berkembang sekarang ada kapitalisme, terjadinya kompetisi yang
membuat negara maju, tapi penulis juga yakin dengan sebagian pemikiran
Plato, ketika kapitalisme hari ini telah membuat kesenjangan yang begitu
besar antara sekaya dengan simiskin ini baru menjadi masalah, namun
itulah realitasnya.
Aristototeles
dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum
alam. Dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki, sangat
berbeda dengan Plato anti perbudakan, karena Athena yang telah
mengajarkannya, ketika Athena kemudian mengakui hak-individu bahkan
budak akhirnya dibayar gajinya, dan tidak dibenarkan perbudakan di
Athena.
0 komentar:
Posting Komentar