Senin, 24 Desember 2012

Masa Depan Milik Kita


Saya akan mecoba menguraikan masa. Masa itu terbagi tiga macam  yakni masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu merupakan salah satu cerita lampau yang sangat significan  untuk dipelajari, dihayati, dan diamlkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Juga masa lalu bisa didefinisikan sebagai masa milik kakek dan nenek kita yang lahir 10 abad yang lalu. Masa kini merupakan masa milik orang tua kita. Masa yang akan datang merupakan masa milik pemuda. Kita lihat kotemporer ini, orang tua suka bernostalgia, orang dewasa telah di sibukan oleh realita, sedang anak muda telah teguh dengan idealita. Kakek, nenek hobi bercerita, bapak ibu sibuk bekerja dan anak-anak membangun cita-cita. Menatap masa depan itu merupakan langkah jitu. Kita adalah pemilik sejarah di dunia juga pemilik sejarah di akhirat. Di dunia ini, kita bakal jadi penopang-penopang bangsa dan agama. Baik buruknya negara/dunia tergantung kita. Maju mundurnya suatu negara ada pada tangan pemuda. Hidup matinya agama juga tergantung kita. Dimana kita akan besar ketika kita bisa menggunakan waktu dengan semaksimal mungkin. Jangan pernah kita berpikir menunda pekerjaan itu bagus untuk diri kita. Menunda waktu dan pekerjaan itu merupakan salah satu aktivitas penunda keberhasilan. Dimana keberhasilan itu sangat dirindukan oleh semua orang “corgito argo sum” maka dari itu marilah kita gunakan waktu kita dengan belajar, dalam artian belajar disini kita harus membaca, mendengar, melihat dan merasa. Dengan ke empat elemen keberhasilan yang teraktual dalam diri kita inilah, sehingga akan melahirkan generasi kegenerasi yang amanah dan prospektif dalam membangun negara dan bangsa, karena mampu menggunakan akalnya demi terbinanya insan ulil albab. Ketika sudah teraplikasi semua itu, maka insa Allah dia akan menjadi manusia beruntung bukan manusia merugi apalagi celaka. Perlu kita ketahui bersama dalam diri manusia itu, ada empat hal yang perlu kita harus ketahui, yakni, celaka, merugi, dan beruntung. Dalam hadis sudah di jelaskan bahwa “Barang siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin maka dia adalah manusia celaka”.  “Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia adalah orang merugi”. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka dia adalah orang beruntung. Maka diantara ketiga alternatif konsep diri manusia ini, kita disuruh memilih untuk pegangan dalam hidup kita. Jadi sebaik – baik pilihan adalah “Berunutung” yang penting kita konsisten dengan apa yang menjadi harapan primer  dalam membangun diri kita pada khususnya dan selebihnya untuk masyarakat.

Jangan pernah kita pasrah dengan apa yang terjadi dalam diri kita tapi marilah kita bangun dari apa yang menjadi serious dalam diri kita. Lawanlah shahwat kita, kebodohan, dan hal-hal negatif lainnya karena inilah yang akan menjadi penghambat tujuan hidup kita. Tanamkan dalam diri kita bahwa kita bisa, dengan selalu berpik bahwa keberhasilan semua itu tidak  cukup hanya berteori tapi akan perfikt dengan implementasi. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rad yang artinya:
“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali dirinya sendirilah yang bisa merubah nasibnya itu”. Dan dalam surat Al-Asr Allah juga berfirman yang artinya:
“Demi masa, sungguh manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran”. Inilah sekedar refleksi saya.

Sekian dan terimakasih...............................!!!
Billaahi Fii Sabiilil Haq, Fastabiqul Khairat
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

                             By:
Ketua Umum PK. IMM FKIP UNISHMUH KENDARI

                                         Immawan La Arcan
i

0 komentar:

Posting Komentar