Saya
akan mecoba menguraikan masa. Masa itu terbagi tiga macam yakni
masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu merupakan
salah satu cerita lampau yang sangat significan
untuk dipelajari, dihayati, dan diamlkan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Juga masa lalu bisa didefinisikan sebagai masa milik kakek dan
nenek kita yang lahir 10 abad yang lalu. Masa kini merupakan masa milik orang
tua kita. Masa yang akan datang merupakan masa milik pemuda. Kita lihat
kotemporer ini, orang tua suka bernostalgia, orang dewasa telah di sibukan oleh
realita, sedang anak muda telah teguh dengan idealita. Kakek, nenek hobi
bercerita, bapak ibu sibuk bekerja dan anak-anak membangun cita-cita. Menatap
masa depan itu merupakan langkah jitu. Kita adalah pemilik sejarah di dunia
juga pemilik sejarah di akhirat. Di dunia ini, kita bakal jadi penopang-penopang
bangsa dan agama. Baik buruknya negara/dunia tergantung kita. Maju mundurnya
suatu negara ada pada tangan pemuda. Hidup matinya agama juga tergantung kita. Dimana
kita akan besar ketika kita bisa menggunakan waktu dengan semaksimal mungkin.
Jangan pernah kita berpikir menunda pekerjaan itu bagus untuk diri kita. Menunda
waktu dan pekerjaan itu merupakan salah satu aktivitas penunda keberhasilan. Dimana
keberhasilan itu sangat dirindukan oleh semua orang “corgito argo sum” maka
dari itu marilah kita gunakan waktu kita dengan belajar, dalam artian belajar
disini kita harus membaca, mendengar, melihat dan merasa. Dengan ke empat
elemen keberhasilan yang teraktual dalam diri kita inilah, sehingga akan
melahirkan generasi kegenerasi yang amanah dan prospektif dalam membangun
negara dan bangsa, karena mampu menggunakan akalnya demi terbinanya insan ulil
albab. Ketika sudah teraplikasi semua itu, maka insa Allah dia akan menjadi
manusia beruntung bukan manusia merugi apalagi celaka. Perlu kita ketahui
bersama dalam diri manusia itu, ada empat hal yang perlu kita harus ketahui,
yakni, celaka, merugi, dan beruntung. Dalam hadis sudah di jelaskan bahwa
“Barang siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin maka dia adalah
manusia celaka”. “Barang siapa yang hari
ini sama dengan hari kemarin maka dia adalah orang merugi”. Dan barang siapa
yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka dia adalah orang beruntung.
Maka diantara ketiga alternatif konsep diri manusia ini, kita disuruh memilih untuk
pegangan dalam hidup kita. Jadi sebaik – baik pilihan adalah “Berunutung” yang
penting kita konsisten dengan apa yang menjadi harapan primer dalam membangun diri kita pada khususnya dan
selebihnya untuk masyarakat.
Jangan
pernah kita pasrah dengan apa yang terjadi dalam diri kita tapi marilah kita
bangun dari apa yang menjadi serious dalam diri kita. Lawanlah shahwat kita,
kebodohan, dan hal-hal negatif lainnya karena inilah yang akan menjadi
penghambat tujuan hidup kita. Tanamkan dalam diri kita bahwa kita bisa, dengan
selalu berpik bahwa keberhasilan semua itu tidak cukup hanya berteori tapi akan perfikt dengan
implementasi. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rad yang artinya:
“Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum kecuali dirinya sendirilah yang bisa merubah nasibnya
itu”. Dan dalam surat Al-Asr Allah juga
berfirman yang artinya:
“Demi masa, sungguh
manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran, dan saling menasehati dalam
kesabaran”. Inilah sekedar refleksi saya.
Sekian dan
terimakasih...............................!!!
Billaahi
Fii Sabiilil Haq, Fastabiqul Khairat
Wassalaamu
‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
By:
Ketua
Umum PK. IMM FKIP UNISHMUH KENDARI
Immawan
La Arcan
i
0 komentar:
Posting Komentar