Senin, 04 November 2013

Kegelisahan Saya Kotemporer Ini

Kegelisahan saya kotemporer ini terkait dengan eksistensi wacuata sehingga memicu saya untuk mempertanyakan segala sesuatu yang sudah menjadi hidup dalam masyarakat Wacuata. Yang menjadi hal kursial yang perlu kita harus ketahui adalah substansial Batuatas itu sendiri. Tidak tanggung – tanggung. Pembicaraan mengarah pada ritual konservatif pada waktu itu bahkan sekarang juga masih merupakan paradigma permitif yang selalu di dangdut – dangdutkan oleh masyarakat Wacuata. Yang dimana semua itu kadang tidak sesuai dengan syariat islam. Inilah yang menjadi target utama saya untuk memodifikasi kultural – kultural yang ada di wacuata itu sendiri. Sebenarnya saya sangat sepakat dengan budaya yang ada di Batuatas, ketika budaya itu tidak mengandung nilai sekular. Beberapa tema turunannya yang di angkat oleh HIPERMAMUTAS tidak terlalu begitu signifikan, ini di sebabkan oleh HIPERMAMUTAS yang kurang islami, HIPERMAMUTAS yang tidak berorientasi terhadap masyarakat, HIPERMAMUTAS sebagai organisasi intelektual dan sosial yang justru tidak mengembangkan intelektualitas dan humanitas di tengah – tengah masyarakat, HIPERMAMUTS yang tidak begitu intensif berorientasi kepada masyarakat, HIPERMAMUTAS yang hanya mampu berdiskusi atau hanya mengembangkan wacana di skop internalmya, dan ketidak mampuan HIPERMAMUTAS dalam mengawal Masyarakat Batuatas secara universal, dan pada khususnya masyarakat Taduasa. Kegelisahan ini juga muncul seketika apa yang telah diberikan oleh kader HIPERMAMUTAS dalam kehidupan Bangsa dan umat, dimana di dalam raga ini tersirat kekhawatiran akan adanya peran yang justru tidak sesuai dengan hajatan masyarakat. sering saya dapatkan pertanyaan baik di internal paguyuban maupun di eksternal organisasi. Terutama sekali dilakukan dengan bahasa lisan, dan jika dalam bentuk tersurat, biasanya dipublikasikan untuk kebutuhan internal. Kader dan alumni HIPERMAMUTAS mayoritas bersikap fanatis akan komunitasnya, dan juga otokritik sekeras – kerasnya, dan mereka akan menunjukan keogeisentrian lembaga bahkan mereka akan melakukan pembelaan diri di luar HIPERMAMUTAS. Paguyuban ini berdiri untuk kemaslahatan masyarakat Taduasa dalam hal untuk mengawal, membina, dan mengarahkan masyarakat taduasa untuk mandiri dan mampu berpikir kritis dalam menjawab pergolakan sosial dan politik. Citra semacam ini akan bertahan lama dalam dinamika HIPERMAMUTAS, berjalin berkelindan dengan harapan individu anggota tentang penigkatan kualitas keislamannya. Sementara itu, modernisasi kehidupan terutama sekali industrialisasi yang terjadi di Negeri kita ini telah memaksakan dampaknya bagi eksistensi peran primordial. Kapitalisasi atau materialisasi diiringi dengan fragmentasi bidang kehidupan mewarnai seluruh dinamika kehidupan secarah universal (perpasive). Umumnya, peran ikatan primordial, termasuk organisasi yang didasarkan padanya, dipaksa untuk mengecil. Banyak paguyuban (gemeinschaf) dan assosiasi (gesselschaf) yang tumbuh, yang dimaksudkan hanya untuk mengakomodasi aspek kehidupan tertentu secara persial. Ini sejalan dengan meningkatnya spesialisasi bidang pekerjaan atau profesi, yang keseluruhannya diintegrasikan oleh kepentingan kapital, yaitu untuk pertumbuhan ekonomi atau kesejahteraan material. HIPERMAMUTAS harus menunjukan integritasnya untuk menghindarkan diri fenomena tersebut. ada banyak alternatif bagi seorang mahasiswa muslim untuk mendidik diri atau beraktivitas diluar waktu perkuliahan. Mereka bisa memilih untuk memprogreskan bakat, keahlian, skill, hobby, ataupun menenggelamkan diri dalam bidang akademisi perkuliahan. Waktu perkuliahan sendiri sudah makin padat dan ada tekanan dari birokrasi dimana kita menutut ilmu untuk diselesaikan dengan cepat. Sehingga dengan berlakunya kebijakan pemerintah dengan dikeluarkannya SK No. 0156/U/1978 oleh Daud Yusuf selaku MENDIKBUD, dengan alasan bahwa dunia kampus sudah mencerminkan lagi namun telah menjadi ajang politik praktis, kebijakan ini berorientasi pada pembunuhan karakter mahasiswa dan mengarahkan mahasiswa untuk berpikir akademisi semata. Dimana kepala negara pada saat itu adalah Soeharto sang tokoh otoriter. Sehingga dengan berlakunya instruksi itu telah menghasilkan mahasiswa akademisi, robot, apatis, kritik, hedonis, acuh tak acuh pesta, pragmatis, parasitdan berpikir subjektif. Masa study rata – rata mahasiswa S1 yang semula berkisar 6-7 tahun, turun menjadi 4-5 tahun. Ada alasan karena peraturan perguruan tinggi, dan lebih banyak lagi karena alasan perguruan tinggi, dan lebih banyak lagi karena alasan rasional ekonomis sebagai latar belakangnya. HIPERMAMUTAS merupakan paguyubun besar yang ada di kecamatan Batuatas yang dimana HIPERMAMUTAS memiliki sangat banyak anggota, secara absolut maupun secara relatif jika dibandingkan dengan paguyuban lain khususnya paguyuban yang ada di kecamatan Batuatas. Tapi kotemporer ini HIPERMAMUTAS telah mengalami degredasi dalam jumlah anggota. Penyebabnya adalah adanya anggota yang bersifat apatis, egois, primordial, dan kepentingan atau ikatan emosional tertentu. Ada juga pilihan untuk tidak menyibukan diri pada paguyuban, melainkan hanya pada agenda diri sendiri atau sekedar kerumunan (crowd) seperti mengikuti kursus, belajar bersama atau nonton konser musik dan jalan – jalan bareng. Kemorosota HIPERMAMUTAS akan berkelanjutan ketika kader – kadernya tidak berpikir maju untuk menata kembali supaya mampu bersaing dengan paguyuban lain. Maka dari itu kader- kader HIPERMAMUTAS harus memiliki kualitas insan bertanggung jawab: Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khalifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas – tugas kemanusiaan. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan – persoalan dan jauh dari sikap apatis. Rasa tanggung jawab, amanah, adil, jujur, benar, tampa pamrih, pengayom, penyantun, tekun belajar, berpendidikan tinggi, cerdas, berilmu, terampil, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

Memimpin Komisariat Di UMK

Sejak saya memimpin komisariat IMM banyak pengalaman baru yang saya dapat. Eksistensi saya sebagai Ketua Umum PK. IMM FKIP UMK pada tahun 2012 telah membuka cakrawala berpikir saya dalam memahami organisasi. Saya merasakan kenikmatan ketika saya menjadi ketua komisariat. Keanggotaan komisariat IMM hampir bersifat homogen. Tidak ada interes di komisariat IMM. Semua hanya ingin beramal shaleh, memanusiakan manusia, demi terwujudnya insan yang diridhoi oleh Allah SWT, dan tidak pernah ada konflik yang serius, misalnya, saling menjatuhkan, melecehkan dan saling mengeksploitasi. Tapi menurut saya kepemimpinan di komisariat IMM, pemimpin harus berani menegakan panji – panji kebenaran dan merelakan resiko yang terus mengancam. Saya memimpin IMM sebagai Ketua Umum lewat MUSYKOM ke -3 di Kota Kendari. Ketika saya dinobatkan sebagai ketua umum oleh pimpinan cabang kota kendari, saya mulai berpikir akan pentingnya dan besarnya tanggung jawab yang saya pikul. Pada Hakikatnya, memimpin Komisariat IMM itu memerlukan lima hal fundamental, yaitu animo jujur, membaca, menulis, diskusi, dan ibadah. Dalam artian tidak boleh malas, harus punya antusiasme, semangat yang terus berkobar untuk membangun IMM ke depan. Soal kejujuran, saya kira sudah jelas. Dalam ajaran nabi secara clear ditegaskan arti shiddiq, amanah, tabligh, dan fathana. Time is knowledge or science (waktu adalah pengetahuan atau ilmu) Bukan hanya kita yang punya prinsip hidup tapi Orang asing juga punya prinsip hidup honesty is the best policy, and time is money, (kejujuran adalah kebijakan yang paling bagus di dalam kehidupan dan waktu adalah uang). Saya merasakan kenikmatan luar biasa dalam memimpin Komisariat IMM, saya menemukan sebuah kenyataan yang sangat segnifikan, yang membesarkan hati. Pemimpin komisariat harus mampu mendeteksi mahasiswa – mahasiswi dan seluruh lapisan masyarakat agar sang pemimpin merasakan apa yang telah dirasakan oleh lapisan paling bawah. Pemimpin Komisariat IMM harus mampu menyerap aspirasi serta impian – impian yang ada di bawah itu. Nikmatnya berhimpun atau berkumpul dengan warga Muhammadiyah dalam menegakan panji – panji islam adalah ketulusan yang memang hampir tampa batas. Mereka menyambut saya dengan keikhlasan, keceriaan, dan keintesifan yang betul – betul terasa di hati sanubari saya. Ini memang memerlukan kesediaan untuk mengorbankan waktu, yang mungkin secara intelektual kita anggap boros , karena waktu tersebut dapat digunakan untuk membaca, mendalami berbagai hal, buku – buku teks dan lain – lain. Akan tetapi, menurut saya, bersatu dengan massa untuk menegakan panji – panji islam, memang merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al – Quran. Lihat saja dalam surah Al – Jamu’ah, bagaimana nabi di bangkitkan oleh Allah SWT di tengah – tengah massa itu umiyyin. Umiyyin itu umat yang banyak, yang masih buta huruf. Di situlah kita bisa menggerakkan, memotivasi, serta menjawab pertanyaan dari warga Muhammadiyah yang ada di desa – desa dan kampung – kampung yang jauh dari perkotaan.

Harga Mati Pemilihan Kepala Desa Taduasa

HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA PEMUDA TADUASA (Taduasa Students and Young Association) Sekretariat: Jl. Langkalase Tadusa.Arcantds@yahoo.com HP 081342424885 “Tiap – tiap kamu adalah pemimpin dan tiap – tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya sesuai dengan apa yang dipimpinnya” (H.R. Bukhari - Muslim) Eksistensi di desa Taduasa kotemporer ini sangat memprihatinkan, terkait dengan terpulangnya almarhum kepala Desa Taduasa (La Ode Rahmat) yang dimana beliau baru menjabat 4 bulan sebagai kepala Desa Taduasa dia sudah meninggalkan amanah besar dari masyarakat. Sehingga mengingat kondisi pemerintahan desa taduasa yang sudah di ujung tanduk ini. Kami atas nama keluarga besar masyarakat taduasa menginginkan secepatnya Pemilihan Kepala Desa Taduasa untuk mengantisipasi kemacetan dan kurang berfungsinya elemen politik pemerintah Desa Taduasa khususnya dan tidak menimbulkan kontra atau konflik di tengah – tengah masyarakat Desa Taduasa Umumnya. “Ada Radio Gram Bupati belum lama ini, penegasan bahwa demi stabilitas dalam pelaksanaan PILLEG, maka tidak ada PILKADES dari sekarang sampai dengan selesainya PILLEG dan ini bersifat general desa se Kab. Buton ” Tetapi belum lama ini ada pemilihan kepala Desa di Talaga Raya II tepat pada hari minggu 27 oktober 2013. Dan ini bukan hanya terjadi di Desa Talaga Raya II, tapi masih ada juga di desa lain, seperti di Kadatua dan Lakudo yang telah menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa tersebut. Bahkan beliau mengatakan juga bisa pemilihan kepala Desa Taduasa asalkan salah satu calon Kepala Desa Taduasa sama – sama dengan laskar UB untuk menghadap bupati. Kami menilai apa yang dikatakan oleh pak Camat baru – baru ini tak berdasar baik dari segi aturan maupun fungsi camat sebagai perpanjangan tangan bupati diwilayah kecematan. Ini menunjukan fungsi camat tidak ada dalam persoalan ini, sehingga kami beranggapan bahwa pernyataan camat sarat dengan kepentingan politik. HIPERMAMUTAS sebagia bagian dari elemen masyarakat Taduasa khususnya meminta agar pemerintah kecamatan Batuatas lebih fokus dan konsisten merealisasikan keinginan Masyarakat Desa Taduasa mengingat tidak adanya kepala Desa Taduasa. Kami menekan kepada camat batuatas agar lebih profesional dan terukur dalam mengkaji kebijakan pemerintah saat ini sehingga tidak terkesan ikut – ikutan. Artinya bahwa camat batuatas harus lebih realistis dalam mengkaji persoalan kebijakan pemerintah. Mengingat persoalan desa sampai saat ini belum sepenuhnya direalisasikan, bahkan gaji Kaur – kaur, BPD, dan uang ADD desa taduasa mengalami ketidakjelasan. Mengenai untuk secepatnya terbentuk kepala desa ini, kami meminta pemerintah Kec. Batuatas dalam hal ini Camat Batuatas yang menjadi ikon utama. Jika tidak dipenuhi, maka kami atas nama HIPERMAMUTS Kec. Batuatas secara kelembagaan menyerukan kepada Camat Batuatas secara penuh untuk segara mengundurkan diri dari jabatannya sebagai konsekuensi dari janji politiknya yang disampaikan pada saat menjawab keinginan masyarakat taduasa . kami juga menilai bahwa pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah atas nama Camat Batuatas saat ini sangat tidak menyentuh kebutuhan masyarakat tetapi hanya mengejar kepentingan politiknya semata. Billahi Tawfik Wal Hidayah As. Wb Kendari, 05 November 2013 Pemerhati Masyarakat Wacuata